Saudaraku fillah...
Terkadang tanpa kita sadari kesibukan kita dalam urusan duniawi, jihad akdemik kita, pekerjaan, dan juga keluarga kita membuat kita lalai. Terkadang karena urusan-urusan ini kita sering sekali meninggalkan ibadah wajib kita, amalan yaumiyah kita, dan tidak beruhul istijabah (bersegera) terhadap seruan-Nya. Karena kesibukan itulah terkadang kita berhenti dari aktivitas da’awi dengan alasan tidak punya waktu, lelah, dan juga sibuk abisss. Jangankan aktivitas da’awi, amalan yaumiyah saja sering terabaikan, dzakir al ma’tsurat tidak lagi menjadi kebiasaan setiap pagi dan sore, tilawah satu juz tidak pernah terpenuhi, Qiyamul lail terkalahkan oleh hangatnya selimut, dan sholat wajib pun seperti karet. Padahal ”barang siapa yang meninggalkan suatu amalan, maka niscaya ia tidak akan bisa menyempurnakan.” Kelelahan sering sekali kita jadikan sebagai alasan dan tanpa kita sadari ternyata waktu kita lebih banyak kita habiskan untuk hal yang sia-sia atau sekedar beristirahat. So jangan pernah diri ini merasa lelah dalam beramal, jangan berhenti sobat.... karena ”dalam kelelahan, seorang kader akan menemukan produktivitasnya.” (Afwan ya Kak Ery, ana gantian copy paste motto antum)
Saudaraku fillah.......
Belajar dari Shirah Nabi, bahwasannya dahulu Perang Ahzab dan Perang Khandaq adalah salah satu pertempuran yang melelahkan. 10.000 pasukan multinasional yang mengepung Madinah telah membuat kaum muslimin tidak sempat melakukan Sholat Dhuhur, Ashar dan maghrib. Bahkan ”hanya” sekedar kencing saja juga tidak sempat.
Selesai perang yang sangat melelahkan fisik dan psikis ini, Rasulullah SAW hendak beristirahat barang sejenak. Karenanya, beliau sarungkan dan gantungkan pedang dan senjatanya. Namun Allah tidak menginginkan beliau dan kaum muslimin beristirahat. Karenanya, Allah kemudian mengutus malaikat Jibril untuk menemui Rasulullah SAW. Malaikat Jibril berkata : ”Sepertinya Engakau sudah meletakkan senjatamu, wahai Rasulullah? Padahal para malaikat belum meletakkan senjata mereka.....” Rasulullah SAW sadar bahwa Alllah SWT melalui Jibril telah memerintahkannya untuk melanjutkan jihad, kendatipun ia belum sempat beristirahat barang sejenak. (Tahdzib Sirah Ibnu Hisyam).
Riwayat di atas menggambarkan kepada kita agar kita ”tidak berhenti” dalam dan dari berjihad. Sungguh, sebuah manuver yang menggambarkan betapa Rasulullah dan para sahabat itu senantiasa menumpahkan segala potensi dan kemampuan yang dimilikinya secara maksimal dan tiada henti, sehingga ”tidak ada” waktu lagi untuk beristirahat dan ”meng-andai-andaikan” hal-hal yang sifatnya duniawi.
Kalau saja hal itu kita ibaratkan sebagai air yang mempunyai potensi besar untuk menerjang apa saja, maka aliran air itu tiada pernah berhenti. Justru kalo air itu berhenti dan tidak mengalir, maka air itu akan menjadi kotor, rusak, sarang nyamuk, dan sumber penyakit, serta akan berubah warnanya. Akankah potensi kita akan bernasib sama dengan air itu??? Wallahu’alam bi showab...
Maroji’ : taujihat dari Medina
Tidak ada komentar:
Posting Komentar