Sabtu, Agustus 08, 2009

Harmony Hati

oleh Agus Triningsih

Seorang sahabat mengirimkan SMS nya ke saya:

”Jodoh memang sebuah misteri Illahi…seperti misteri segitiga bermuda Formosa, seperti misteri penyalipan Yudas …seperti lenyapnya benua Atlantis dan harta raja Sulaiman.”

Mmm...iya, setiap kita pasti mengiyakannya. Bahwa jodoh adalah sebuah misteri yang unik bagi siapapun. Berbibacara tentang jodoh, seketika saya teringat seorang novelis ternama di Indonesia : Helvy Triana Rossa. Beberapa bulan yang lalu saya mengunjungi blog beliau. Sebuah blog yang berisi tentang romantika kehidupannya dengan sang suami: mas Tomy. Tentang mas Tomy nya itu...., seseorang yang awal tak sama sekali ia kenal kini telah mendampingi hidupnya selama 12 tahun. Sedari kecil mba Helvy tak sama sekali memiliki teman maupun karib keluarga yang bernama Tomy. Tetapi Tomy adalah sebuah nama yang ia berikan kepada boneka kecilnya. Hingga kemudian Alloh menghadirkan seorang Tomy untuknya. Ia dijodohkan dengan Mas tomy yang sedehana dan memiliki karakter yang hampir pasti berlawanan dengan karakternya. Menurut Faridz, anaknya yang kini juga telah menjdi penulis cilik : ”Bunda tuh sangat jauh berbeda dengan Ayah. Bunda romantis sementara ayah ga’ sama sekali romantis, Bunda seriiiing ngobrol, tapi ayah sangat pendiam, Bunda tuh begini tapi ayah begitu...duh pokoknya banyak banget deh beda nya.... Tapi hebatnya bunda dan ayah tuh ga’ pernah bertengkar.., Bunda ngertiin ayah banget...Ayah juga begitu... dan yang pasti bunda dan ayah sama-sama saling mencintai dan sama-sama sholeh.:)

Perbedaan karakter yang serupa juga saya temukan pada kedua orangtua saya. Bahkan hampir tak ada persamaan karakter antara keduanya. Meski mereka tak saling mengenal satu sama lain sebelum pernikahan (mama’ menerima lamaran bapak lantaran kakek juga menerimannya dengan hanya satu alasan : bapak pinter shholat dan ngaji, meski saat itu bapak tak mempunyai pekerjaan tetap), Teapi seiring berjalannya waktu mereka sama-sama bisa saling menyanyangi, saling mencintai, saling mengerti, saling menerima kekurangan satu sama lain, dan saling memahami perbedaan-perbedaan di antara keduanya Demikian juga dengan ketiga saudara saya yang telah menikah. Ada banyak perbedaan yang saya temukan antara mereka dengan pasangannya masing-masing. Perbedaan itu justru terlihat lebih indah. Iya tentu..karna bagi saya saling memahami dan mengerti antara satu sama lain adalah harmony kehidupan yang sangat indah. Meski perbedaan bisa menjadi potensi konflik bagi siapapun. Dan tentu saja tak akan ada hubungan tanpa konflik. Tapi kedekatan diri denganNya akan mampu mengatasi konflik dengan ending yang sangat bijak.

Sekarang saya mulai dapat menyimpulkan bahwa jodoh kita tidaklah harus berkarakter sama dengan kita. Justru sepertinya kita harus mencari atau bahkan menciptakan perbedaan itu. Perbedaan itu akan menjadi suatu tantangan yang jika kita kelola dengan baik akan menjadi kekuatan terbaik bagi kita. Jadi sebenarnya kita tidak perlu melakukan pendekatan personal dengan seseorang yang merupakan jodoh kita nantinya. Karna kita tak perlu mencari kecocokan sikap dan karakter.

Bahwa Islam hanya membolehkan taaruf dan mengharamkan sesuatu yang melebihi itu memang benar adanya. Tak perlu adanya penjajakan, tak perlu ada pacaran karna darinya tak kan ada manfaat apapun. Alasan untuk menemukan kecocokan, saling memahami atau apapun sesungguhnya hanya alasan klise yang sebenarnya tak kan berpengaruh apapun terhadap keharmonisan rumah tangga di kemudian hari. Karna kita tak perlu mencari kecocokan sikap dan karakter. Kita hanya perlu menyiapkan kekuatan ruh, hati, jiwa dan fikiran untuk dapat beradaptasi dengan kemungkinan perbedaan yang ada. Kita hanya perlu tau kualitas keimanannya. Karna semakin tinggi keimanan seseorang maka ia akan semakin bijak dan sabar menjalani proses adaptif di kemudian hari, tanpa ada keluh kesah dan tanpa kecewa di hati.

Ehm....jadi berjodoh dengan orang yang baru saja kita kenal atau menerima proses perjodohan??? So what gitu loh?? Tapi : ”Iman ”..harus menjadi sandaran utama kita untuk menentukan pilihan itu...Bagaimana menurur anda??? setuju???.

www.asyifa85@yahoo.com

asyifa85@yahoo.com

EraMuslim.com

Senin, Desember 22, 2008

Yaa Rabbi, Bagaimana Mungkin...

oleh Miftahul Huda

Perlahan-lahan kehidupan ini mulai dapat kami nikmati, ‘enjoy your life‘ kata orang di sana. Masalah-masalah yang mengejar memang tak pernah hilang atau berhenti barang sejenak. Masalah itu masih ada, tak akan hilang sampai kami sendiri yang menyelesaikannya, tak bisa berharap dari orang lain meski sebenarnya masalah itu tanggung jawab bersama. Solusi yang realistis belum juga muncul, kami harus menanggung hutang yang tidak pernah kami cicipi wujudnya.

Mencari kerja masih terus diupayakan, apapun lowongannya. Memulai usaha sendiri praktis hampir mustahil tanpa ada sedikit pun modal yang kami miliki apalagi kami telah berkomitmen tidak akan pernah lagi berhutang untuk alasan apapun. Satu per satu panggian interview datang tanpa ada hasil yang jelas, mulai dari lowongan asli dari perusahaan bonafide sampai perusahaan ‘penipu’ yang berusaha mencari nasabah/investor untuk transaksi valasnya dengan berkedok membuka lowongan pekerjaan, kami datangi.

‘Life is not easy‘, memang hidup itu akan terasa berat jika kita tidak pernah tahu apa tujuan hidup ini. Ibarat orang berjalan di tengah gurun yang terik tanpa pernah tahu kea rah mana tujuannya, sejauh mata memandang hanya hamparan pasir yang ada. Terik sinar matahari makin menampakkan betapa tidak bersahabatnya kehidupan diluar sana dengan diri kita. Hingga hidup seperti hanya sekedar untuk mengejar oase-oase fatamorgana yang tampak rindang dan sejuk tapi hilang seketika kita sampai di sana. Mata air-mata air palsu bualan penglihatan manusia tak mampu menebus dahaga yang ada.

Tapi kami punya tujuan hidup. Beribadah, that’s all. Hanya karena alasan itu kenapa kami diciptakan di dunia ini dan hanya karena alasan itu pulalah sehingga kami masih ada di dunia saat ini. Hingga kami harus senantiasa bersyukur ketika diri ini masih dimampukan untuk beribadah kepada-Nya. Seorang telah banyak mengingatkan kami akan hal ini, pada masa-masa yang tidak cukup mudah bagi kami saat ini. Saat segala keterbatasan melingkupi kehidupan kami, meski kami tak akan pernah mengatakan bahwa saat ini kami sedang mengalami ‘kekurangan’. Sungguh Allah SWT telah mencukupi rizqi untuk kami meskipun bagi sebagian orang kondisi kami berkekurangan. Rabb kami pasti memiliki rencana besar di balik semua ini, Dia pasti telah memiliki rasio dan rumusan yang pasti benar atas ‘jatah’ rizqi kami di dunia ini. Jikapun suatu saat telah habis, maka itulah giliran kami menghadap-Nya untuk mengharap bentuk cinta-Nya yang lain di akhirat nanti.

Hari ini memang seperti hari lainnya, hanya saja dana yang seharusnya digunakan untuk makan sehari-hari harus berkurang alokasinya karena aku gunakan untuk ongkos ke Jakarta memenuhi panggilan interview sebuah perusahaan pagi tadi. Seperti biasa pula kami makan bersama-sama, aku, bidadariku tercinta, dan kedua penyejuk hati kami, Salsabila dan Azzam. Dua piring nasi dengan warna hitam dari kecap yang sangat mewarnai telah disiapkan. Memang itu yang menjadi favorit kami saat ini, malah terkadang meski lauk masih ada Salsabila dan Azzam tetap minta suapan nasi kecap tanpa lauk. Bergantian mereka minta disuapkan entah dari aku atau sang bunda, yang posisinya paling dekat dengan mereka. Alhamdulillah hingga pada paruh terakhir nasi di piring tersisa, mulut-mulut mungil mereka masih tetap terbuka. Tapi rupanya kali ini keaktifan bermain mereka membutuhkan energi cukup besar sehingga mereka makan cukup lahap. Yaa Rabbi, bagaimana mungkin tanganku menyuapkan nasi ke mulutku sementara mulut-mulut mungil mereka masih terbuka lebar… yaa Rabbi, bagaimana mungkin diri ini tega mengharapkan masih akan tersedia sisa nasi dari mereka setelah mereka kenyang nanti. Yaa Rabbi, aku percaya bahwa diri ini telah Engkau berikan rizqi tersendiri, Engkau Maha Kuasa sehingga aku tak akan pernah bisa mengetahui cara-Mu menyampaikan rizqi kepadaku.

Yaa Rabbi, ampunilah hamba-Mu ini, yang sering tak mampu menyadari, isteriku tercinta pasti lebih sering mengalami hal ini. Mulutnya tetap mampu berkata kenyang meski lambungnya berteriak lapar. Beberapa sendok nasi tambahan yang kuselipkan sembunyi-sembunyi pasti tak akan cukup membungkam teriakan lapar lambungnya. Yaa Rabbi, ampunilah hamba-Mu ini.

Subhanallah…ternyata masih ada beberapa sendok nasi tersisa. Maha Besar Allah SWT yang telah membuat lambung ini tak lagi perih. Alhamdulillah karena rasa lapar itu telah hilang. Laa hawla walaa quwwata illa billah…

~Abu Hasan~



Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat atasnya, dan memudahkan terbukanya pintu rizqi untuknya. Amiin...

EraMuslim.com

Minggu, Oktober 19, 2008

Kerinduan-Kerinduan yang Salah Alamat ^_^

Saudaraku yang dirahmati Allah,
KERINDUAN itu selalu ada dalam diri kita, pada apa saja. Karena ia adalah harapan, cita-cita,dan impian kita untuk memperoleh atau meraih sesuatu yang baik. Akan tetapi, tidak selamanya kerinduan itu berujung pada keberhasilan yang memberi manfaat, karena seringkali kita menambatkan kerindua itu pada sesuatu yang salah, pada alamat-alamat yang keliru. Sehingga bukan MASLAHAT yang kita dapat, tetapi MAFSADAT yang kita tuai.

Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam diri kita selalu muncul kerinduan-kerinduan itu, pada sesuatu yang sesungguhnya sangat menentukan jalan hidup kita. Tetapi ia seringkali tak tercapai karena dialamatkan pada sasaran yang salah.

KERINDUAN pada PAHLAWAN dan FIGUR yang Salah Alamat ^_^
Saudaraku yang dirahmati Allah,
Pada situasi tertentu terkadang kita mendambakan hadirnya seseorang yang mampu memberi kita rasa aman, perlindungan, dan harapan untuk sebuah keadaan yang lebih baik. Di tengah banyaknya permasalahan pribadi, permasalahan umat, dan di tengah situasi negeri kita yang tidak menentu, sebenarnya kita begitu merindukan pahlawan, mendambakan figur yang membimbing, memberi contoh, dan rasa aman. Sayangnya, kerinduan itu sering sekali tidak menemukan sasarannya.
Saudaraku fillah......Iironisnya, kerinduan yang salah alamat itu sering pula diperankan oleh diri kita, orang-orang dewasa yang seharusnya lebih mampu menggunakan akal dan pikiran secara baik. Kita terkadang terlalu memuji seseorang, mengagungkan, bahkan mengkultuskannya, dengan alasan-alasan yang tidak ilmiah, sehingga menutup mata kita sendiri bahwa sebenarnay orang yang kita tuju itu tidak mampu membawa kita kemana-mana. Kita terlena dengan tampilan fisik, logika-logika yang memukau, sehingga melupakan isi. Kita bahkan tidak pernah berani untuk jujur pada realita, bahwa ada sosok yang seolah menikmati segala pujian dan sanjungan orang lain pada dirinya, merasa mendapatkan dukungan yang kuat, padahal sesungguhnya dia tidak memiliki kekuatan apa-apa, kecuali PUJIAN itu sendiri. Tetapi, kepadanya KERINDUAN itu selalu kita arahkan seolah kita tidak lagi punya alternatif yang lain.Inilah KERINDUAN yang SALAH ALAMAT itu. Wallahu’alam bishowab. Semoga kita bisa membekali KERINDUAN dengan ILMU dan ORIENTASI YANG BENAR. Amin. (Sulthan Hadi, Tarbawi)

Jangan SPEKULASI IMAN.. !!!

Saudaraku yang dirahmati Allah,
Bagaimana kabar kalian pasca Ramadhan?
Apakah setelah Idul Fitri seolah-olah terjadi EUFORIA kebebasan dan kebablasan kembali pada diri kita??

Terkadang pasca Ramadhan dan Idul Fitri kita merasa bahwa diri kita kembali fitrah, laksana lembaran kertas putih yang bersih tanpa coretan.Sering sekali kita lalai, kembali disibukkan dengan kefasika-kefasikan dan hal-hal yang melenakan. Padahal saat itulah tugas berat menunggu, yaitu bagaimana kemudian kita mengisi lembaran kertas putih itu dengan AMALAN-AMALAN, kemudian menjaganya dengan IMAN, dan juga gangguan dari KENIKMATAN-KENIKMATAN DUNIAWI.
”Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami-pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa. (QS Al An’am :44)

Saudaraku yang dirahmati Allah,
Sesungguhnya antara ramadhan satu ke ramadhan berikutnya, disitulah ujian-ujian harus dihadapi dengan UJIAN YANG LEBIH DAHSYAT, karena syetan telah kembali dilepas dan manusia-manusia fasikpun kembali membuka ladang-ladang kemaksiatan. So... Pasca Ramadhan, JANGAN MELAKUKAN SPEKULASI IMAN dengan bergabung dan terlenakan oleh hal-hal yang melenakan tadi. Berusahalah untuk tetap berada dalam lingkungan yang kondusif untuk menjaga keimanan kita. Wallahu’alam bishowab.
Semoga Allah senantiasa memberikan kemudahan dan kekuatan untuk ISTIQOMAH dalam diri kita. n_n